Kedung Darma Romansha, laki-laki kelahiran Indramayu, Jawa Barat. Pada usia sebelas tahun, ia nyantri di Pondok Pesantren Yayasan Ali Maksum Krapyak, Yogyakarta. Setelah menamatkan sekolah di MA Ali Maksum, ia melanjutkan studinya di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia UNY dan diselesaikan tahun 2009. Kemudian pada tahun 2017 ia menyelesaikan gelar masternya di UGM. Novel pertamanya Kelir Slindet (buku pertama dari dwilogi Telembuk) mendapat penghargaan sebagai roman terbaik tabloid Nyata. Dan novel terbarunya Telembuk, Dangdut dan Kisah Cinta yang Keparat (buku kedua dari dwilogi Slindet/Telembuk) mendapat penghargaan lima besar Kusala Sastra Khatulistiwa 2017 dan menjadi buku yang direkomendasikan majalah Tempo kategori prosa, 2017. Selain menulis ia juga terlibat dalam beberapa produksi teater dan film. Terakhir ia menjadi salah satu eksekutif produser dalam produksi film pendek berjudul RABI yang juga diadaptasi dari cerpennya yang berjudul “Rab(b)i”. Selain itu ia bersama kawan-kawan Indramayu mendirikan gerakan “Jamiyah Telembukiyah” yang bergerak di bidang literasi, dan juga gerakan sosial dengan melakukan penyuluhan di beberapa tempat lokalisasi, dan menariknya, salah satu pendekatannya dilakukan dengan mengajar ngaji anak-anak telembuk. Sekarang ia mengelola Komunitas Rumah Kami/Rumah Buku di Yogyakarta.
-
Telembuk: Dangdut dan Kisah Cinta yang Keparat
Novel Kedung Darma Romansha ini bercerita tentang dunia prostitusi, panggung dangdut, pergaulan para pemabuk dan tukang kelahi. Adegan seks dan kata-kata kasar bertaburan. Namun uniknya, novel ini tidak terkesan vulgar. Saya rasa hal itu terkait dengan nada penulisan dan posisi narator. Narator berada pada posisi netral: dia tidak memberi penilaian moral apa pun, baik dalam arti menghakimi perilaku tertentu, maupun sebaliknya, yaitu merayakan atau membela perilaku yang berada di luar standar moralitas yang menjadi pegangan mayoritas orang Indonesia.
-
Kelir Slindet
Seri pertama dari dwilogi Telembuk yang sekarang sudah menjadi trilogi Telembuk dengan munculnya Rab(b)i. Bagaimana seorang Safitri muncul adalah cerita utama dalam Kelir Slindet. Sebuah cerita yang memotret kehidupan kelam masyarakat desa yang terjebak dalam budaya dan mentalitas kemiskinan struktural. Kedung menggunakan setting kampung halamannya, Indramayu membuat alur cerita Kelir Slindet seakan sebuah rekonstruksi ulang dari ingatan-ingatan Kedung tentang kampung halamannya.
-
Rab(b)i
Dari pelacur sampai santri menjadi tokoh-tokoh yang muncul dalam buku terbaru Kedung Darma Romansha ini. Tentunya tetap dibalut dengan nuansa dangdut khas Kedung seperti pada novel-novel dia sebelumnya. Dalam Rab(b)i kedung mencoba bermain dengan gaya penulisan barunya tapi tokoh-tokoh yang muncul adalah tokoh-tokoh yang sudah ada dalam dwilogi Telembuknya. Jadi bisa dibilang bahwa dengan munculnya Rab(b)i, Kedung memastikan dirinya sudah menulis trilogi Telembuk