Muhammad Zaid Su’di, lahir di Surabaya. Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya tanah kelahiran, ia pindah ke Sampurnan Bungah, Gresik, nyantri di Pondok Pesantren Qomaruddin asuhan (alm.) KH. Ahmad Muhammad al-Hammad. Pernah kuliah di IAIN Sunan Kalijaga jurusan Tafsir Hadis.
Pernah juga menjajal kerja sebagai penerjemah, penulis buku-buku pelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam) untuk madrasah ibtidaiyah dan editor di be- berapa penerbit. Beberapa karya terjemahan yang pernah dipublikasikan antara lain, Islam dan Iman, Aturan-aturan Pokok, karya Dr. Muhammad Syahrur (Yogyakarta, Jendela, 2001), Islam dan Dasar-dasar Pemerintahan karya Ali Abdur Raziq (Yogyakarta, Jendela), Arbain Ghazali dari kitab Kitab al-Arbain fi Ushul al-Din karya Imam al-Ghazali (Yogyakarta, Pustaka Sufi), Kitab Kasyaf dari kitab al-Kasyfu wa al-Tabyin fi Ghurur Khalq Ajmain (Yogyakarta: Pustaka Sufi).
Saat ini, selain ikut mengajar di TPQ, ia kadang me- nulis di media online. Beberapa tulisannya bisa dijumpai, terutama di Mojok.co. Sedang menyelesaikan kajian tentang konsep otoritas keagamaan. Sebuah studi atas buku Quran A Reforimist Translation karya Edip Yuksel, yang menawarkan reformasi atas Islam dan menyerukan gugatan terhadap ide otoritas keagamaan. Saat ini tinggal di Dusun Cepor, Sendangtirto, Berbah, bersama istri dan dua anak.
-
Merasa Dekat dengan Tuhan itu Godaan yang Berat
Buku ini menyoroti banyak sekali statement baik secara verbal maupun perilaku para penganut agama mayoritas di Indonesia, yang sangat bisa memancing pertikaian besar, juga rasa menggelitik di sisi lain. Pada dasarnya M. Zaid Su’di dalam buku ini hendak menegaskan bahwa tak ada agama yang selesai. Dalam artian, agama apapun yang dianut, jangan berhenti belajar, mencari tahu dan berdialog agar tidak terpenjara dalam satu pola pikir sempit. Sesuatu yang tampaknya sederhana, tapi nyatanya sulit sekali diwujudkan di negeri ini.