MUHAMMAD IQBAL, lahir di Amuntai, Kalimantan Selatan pada 9 Oktober 1985. Menamatkan studi S-1 bidang Ilmu Sejarah di Universitas Negeri Yogyakarta (2009) dan S-2 Ilmu Sejarah di Universitas Indonesia (2014).

Selain menjadi editor di Penerbit Marjin Kiri, kini ia menjadi dosen tetap di Prodi Sejarah Peradaban Islam, Jurusan Adab, Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah, IAIN Palangka Raya.

Sejak 2016, Iqbal produktif menulis di media daring, seperti: Vice.com, Detik.com, Tirto.id, Beritagar.id, Alinea.id, Alif.id, Ruangjurnal.com, Islami.co, Nu.or.id, Senandika.web.id, & Bersatoe.com. Pengidap tsundoku ini juga menulis pada beberapa jurnal ilmiah, seperti Pelita, Kandil, Al Banjari, Khazanah, & Agastya.

Beberapa tulisannya yang telah terbit terhimpun dalam: “Soekarno: Bapak Revolusi Indonesia” dalam Iswara N Raditya (ed.), 7 Bapak Bangsa (2008); “Betulkah Gus Dur Presiden RI ke-4? Sebuah Percakapan” dalam Nurchalish Madjid (ed.), Bubuhan Banjar Bepender Gus Dur (2010); “Najiah: Kisah Guru Ngaji dari Banjar” & “Ahmad Humaidi: Tuah dari Pasar Batuah”, dalam Abi S. Nugroho & Hamzah Sahal (eds.), Mendidik Tanpa Pamrih: Kisah Para Pejuang Pendidikan Islam Jilid I (2014); “Rusdian Malik: Ustadz Gaul dari al- Falah”, dalam Abi S. Nugroho & Hamzah Sahal (eds.), Mendidik Tanpa Pamrih: Kisah Para Pejuang Pendidikan Islam Jilid II (2015); “Mosque of Sultan Suriansyah” dalam Hamzah Sahal (ed.), 25 Mosques Thousand Stories (2017); “Kosmopolitanisme Revolusioner: Menubuatkan Surat-surat Kartini” dalam Budi Susanto, SJ., A. Windarto, & A.Harimurti, Benedict Anderson: Imagined (Cosmopolitan) Communities (2017).

Sejarawan pengagum karya-karya Orhan Pamuk dan Roberto Bolano ini dapat dihubungi melalui posel: [email protected].