-
Parade yang Tak Pernah Usai
Bagaimana bila konsep queer yang menolak keajegan kotak-kotak gender dan seksualitas dipadankan dengan pengembaraan dan penjelajahan terhadap suatu masa yang penuh rahasia, sekaligus hanya dapat didekati oleh imajinasi yang tak dibendung oleh batas-batas apapun? Temukan dalam buku ini.
-
Bapak Puisi, Ibu Novel, dan Kami Pembatas Buku
Ibnu Wicaksono dalam buku pertamanya ini menulis cerita-cerita yang jika dibaca dengan teliti membawa isu yang besar, tapi diceritakan dengan bahasa yang lugas dan penuh perenungan. Buku ini berisi 13 cerpen.
-
Bagaimana Cara Mengatakan “Tidak”?
Aku tidak terlalu suka setiap kali pipiku dicium oleh Papa, Mama, atau Oma. Rasanya lengket dan basah. Dan betapa mengerikan jika harus mengalami hal itu di bibir, berkali-kali, oleh orang yang tidak kamu kenal, lalu tiba-tiba mati, pikirku saat itu.
-
Rab(b)i
Dari pelacur sampai santri menjadi tokoh-tokoh yang muncul dalam buku terbaru Kedung Darma Romansha ini. Tentunya tetap dibalut dengan nuansa dangdut khas Kedung seperti pada novel-novel dia sebelumnya. Dalam Rab(b)i kedung mencoba bermain dengan gaya penulisan barunya tapi tokoh-tokoh yang muncul adalah tokoh-tokoh yang sudah ada dalam dwilogi Telembuknya. Jadi bisa dibilang bahwa dengan munculnya Rab(b)i, Kedung memastikan dirinya sudah menulis trilogi Telembuk
-
Seikat Kisah Tentang yang Bohong
Sedikit pengetahuan seakan menjadi cermin yang menunjukkan bahwa dirimu tak sempurna, tak terlalu berarti. Sedikit pengetahuan adalah masa depan menyedihkan yang secara paksa dibocorkan kepadamu.
-
Cinta yang Bodoh Harus Diakhiri
Keenam belas cerita pendek di dalam buku ini sebagian besar berkisah mengenai pengkhianatan dan cara memaknai perasaan yang penuh dengan luka.