Diskon +60% Cek!
Diskon!
Rp166.000 Harga aslinya adalah: Rp166.000.Rp115.000Harga saat ini adalah: Rp115.000.
Rp88.000 Harga aslinya adalah: Rp88.000.Rp70.400Harga saat ini adalah: Rp70.400.
Rp200.000 Harga aslinya adalah: Rp200.000.Rp198.000Harga saat ini adalah: Rp198.000.
Rp208.000 Harga aslinya adalah: Rp208.000.Rp170.000Harga saat ini adalah: Rp170.000.
Rp134.900 Harga aslinya adalah: Rp134.900.Rp100.000Harga saat ini adalah: Rp100.000.
Rp128.000 Harga aslinya adalah: Rp128.000.Rp100.000Harga saat ini adalah: Rp100.000.
Diskon terbaik minggu ini
Kamu dapat pantau diskon mingguan di sini
Paket Sekolah Bisa Semerdeka Ini x Sekolah Tanpa Jurusan
Sekolah Bisa Semerdeka Ini: Narasi Warga Komunitas Sanggar Anak Alam
Kronik Otoritarianisme Indonesia: Dinamika 80 Tahun Ketatanegaraan Indonesia
Demokrasi Para Perampok x Tshirt Tokoh [Edisi Bundling]
Bundling Merdeka dari Stigma Menstuasi
Bundling Sirkus Pernikahan
Memang, sejak saat itu hidup saya banyak berubah. Prioritas hidup saya berganti. Ada banyak hal yang harus saya pikirkan dan rancang ulang. Selanjutnya, saat bulan Agustus berganti jadi September 2019, status saya pun kontan berganti. Saya beralih dari status pegawai kantoran menjadi pengurus domestik di rumah. Ada hal-hal yang tak bisa saya dapat lagi seperti sebelumnya. Saya tak bisa lagi leluasa bertemu kawan dan kenalan di luar rumah kapanpun saya mau. Buku ini merupakan kumpulan surat untuk anak dari seorang ayah yang memilih tinggal di rumah dan mengambil wilayah domestik dengan penuh sadar.
Dalam bermain aset, selalu ada kemungkinan baik yang ditunggu sebagian orang, yaitu harga menanjak ke arah Bullish. Namun, jika yang terjadi adalah sebaliknya, kita tidak pernah tahu sampai mana harga aset kita akan turun. Di hadapan grafik yang membentuk bearish, akhiri saja sampai di mana batas toleransimu terhadap kerugian. Redira Kenzi memahami betul prinsip tersebut. Untuk itulah, ia rela membuka lagi luka lamanya demi mencari tahu alasan kematian kakak semata wayangnya.
Buku ini membahas budaya selebriti sebagai efek diskursif, komoditas yang dikonsumsi, sebuah industri, hingga relasi sosial yang terbentuk antara penggemar dengan selebriti. Semua hal yang pada satu titik membuat skandal tampak lebih penting ketimbang kebijakan politik. Sebuah kajian budaya populer yang kita butuhkan untuk melihat zaman dengan lebih terang.
Mungkin, kamu mengira kalau lapen, minuman keras asal Jogja yang identik dengan oplosan dan telah bikin banyak nyawa meninggal itu adalah singkatan dari langsung penak atau langsung pening. Nyatanya, ini bukan seperti yang kebanyakan orang tahu. Sebutan tersebut muncul dari merek obat kuat yang kain spanduknya menempel di sebuah warung jamu.
Cerita di atas hanyalah satu dari sekian banyak fakta tentang Jogja yang dimuat di buku ini. Selain soal sejarah lapen, dibahas pula tentang Makam Banyusumurup, pemakaman bagi orang-orang yang dianggap musuh negara oleh Amangkurat I; daerah Pogung dengan labirinnya; maupun kisah sepotong sayap Olive Fried Chicken yang katanya sudah dinobatkan sebagai oleh-oleh khas Jogja.
Duka itu mirip seperti lemon, asam kalau dimakan sendiri. Tapi kalau kita bisa mengolahnya, mengambil waktu dan energi dan sedikit sabar dalam prosesnya, tahu apa saja bahan-bahan penyerta yang diperlukan, berani untuk melewati trial and error, lemon bisa berubah menjadi hidangan yang menyenangkan panca indra seperti lemon cake ini. Dan mungkin juga lemon cake ini pada akhirnya bisa dijual dan mungkin orang lain yang juga sedang bingung mau berbuat apa dengan “lemon-lemon” di hidup mereka bisa mendapat inspirasi untuk mengolahnya menjadi lemon cake mereka sendiri.
Buku Catatan untuk Calon Penulis
Buku Catatan untuk Calon Penulis adalah sebuah buku catatan dengan konsep yang unik. Sangat cocok untuk mereka yang tertarik untuk belajar menulis.
Buku ini adalah kumpulan catatan harian Gernatatiti, salah seorang fasilitator Sanggar Anak Alam (SALAM) jenjang SMA. Ia merekam dengan cukup detail bagaimana para remaja di SMA SALAM berproses menemukan ketertarikan mereka terhadap sesuatu hal dan mempelajarinya dengan proses riset yang mereka rancang sendiri kerangkanya. Semua tidak muncul secara tiba-tiba.
Ketika konsentrasi kepemilikan media meningkat, senjakala media cetak hampir tiba, tsunami hoax dan berita palsu muncul, gejala ketidakpercayaan terhadap media arus utama membesar, jurnalisme sedang berada dalam episode-episode menegangkan. Di buku ini, Rusdi Mathari membaca situasi tersebut dan mengajukan berbagai refleksi serta kritik.
Blok Pembangkang merekam kelompok dan afinitas yang muncul di berbagai momen penting. Di Indonesia, gerakan anarkisme tak benar-benar mati. Ia tumbuh, berganti generasi, sembari menunggu waktu bersemi kembali.
Ilya Sigma mengajak kita menjalankan sebuah kebiasaan yang sebenarnya bukan hal baru: menulis jurnal. Sebuah aktivitas sederhana yang kerap kali dipandang remeh oleh orang-orang tapi bermanfaat untuk menelusuri kedalaman diri kita sendiri.
Buku ini menyoroti banyak sekali statement baik secara verbal maupun perilaku para penganut agama mayoritas di Indonesia, yang sangat bisa memancing pertikaian besar, juga rasa menggelitik di sisi lain. Pada dasarnya M. Zaid Su’di dalam buku ini hendak menegaskan bahwa tak ada agama yang selesai. Dalam artian, agama apapun yang dianut, jangan berhenti belajar, mencari tahu dan berdialog agar tidak terpenjara dalam satu pola pikir sempit. Sesuatu yang tampaknya sederhana, tapi nyatanya sulit sekali diwujudkan di negeri ini.
Buku ini berupaya melacak perkembangan ska di Jakarta secara umum. Membahas apa saja yang terjadi dalam skenanya dalam rentang waktu 1996-2006.
Di buku ini kita akan disuguhkan sudut pandang seorang mantan kru TV, kita bisa melihat bagaimana industri ini (khususnya di Indonesia) digerakkan dengan berbagai usaha yang bisa jadi titik diskusi baru untuk menjelaskan kenapa tayangan TV kita hadir seperti hari ini.
Tidak Apa-Apa Sebab Kita Saling Cinta adalah rekaman perjalanan cinta yang tumbuh sebagai proses belajar, sebagai memori tempat manusia tak kehabisan asah. Pada kisah yang akan kamu baca berikut, semoga kamu menemukan ketenangan yang serupa untuk menyelamatkan diri sendiri.
Di buku ini, Amahl bercerita apa adanya. Dari jatuhnya dia begitu mengetahui statusnya, kemudian membawa kita menerawang ke masa lalunya, hingga pengharapannya akan masa yang akan datang. Buku ini bukan memelas belas kasih—sebaliknya, justru memanusiakan manusia Poz.
Mengambil sudut pandangnya sendiri sebagaia penyintas gangguan kecemasan, Tenni Purwanti mengurai dengan detail bagaimana prosesnya menyadari dan mencari bantuan atas masalah kesehatan mental yang ia hadapi. Penulisan yang personal tapi jauh dari dramatisasi.
Bagaimana penciptaan dan perubahan makna hoaks dari momen-momen penting yang menandainya? Siapa saja aktor penting yang membentuk hoaks dalam sepuluh tahun terakhir? Bagaimana pesan berantai berisi ancaman santet membuat geger masyarakat? Masih ingat kicauan @TrioMacan2000? Apa agenda ekonomi-politik di balik ramainya industri pemengaruh dan pendengung?
Dalam buku ini, Alexander Arie menarasikan pengalaman hidup seorang Katolik dalam semesta keindonesiaan yang begitu luas. Ia lahir dan tumbuh hingga remaja di Bukittinggi, Sumatera Barat. Kota yang penganut Katolik-nya sangat sedikit. Tumbuh sebagai minoritas, nyatanya memberi pengalaman penting, baik tentang bagaimana ia menghayati kepercayaannya maupun mengaplikasikannya dalam kondisi hidup yang sangat beragam.