Rusdi Mathari mulai serius menekuni dunia tulis-menulis ketika meletus Perang Teluk pertama. Setelah artikel pendek tentang Perang Teluk ia kirimkan ke Suara Pembaruan dimuat, ia melompat kegirangan dan menunjukkan karyanya ke tukang-tukang becak yang mangkal di pinggir jalan di depan rumahnya.
Sejak itu, berbagai tema digarapnya. Namun sepertinya bernada sama; ketimpangan, ketidakadilan, dan orang-orang yang disingkirkan. Buku ini mencoba merangkum karya-karya jurnalistiknya.
Review
Belum ada ulasan.