-
Teman Duduk
Kita ada di zaman mahalnya harga sebuah telinga. Mendengar dengan empati jadi pekerjaan sulit. Sekadar menjadi pendengar, akan diingat dengan cara yang berbeda. Ketika dunia tidak pernah mau berganti bicara, sibuk bersuara, pada akhirnya tidak ada yang merasa cukup dimengerti.
-
Kelir Slindet
Seri pertama dari dwilogi Telembuk yang sekarang sudah menjadi trilogi Telembuk dengan munculnya Rab(b)i. Bagaimana seorang Safitri muncul adalah cerita utama dalam Kelir Slindet. Sebuah cerita yang memotret kehidupan kelam masyarakat desa yang terjebak dalam budaya dan mentalitas kemiskinan struktural. Kedung menggunakan setting kampung halamannya, Indramayu membuat alur cerita Kelir Slindet seakan sebuah rekonstruksi ulang dari ingatan-ingatan Kedung tentang kampung halamannya.
-
Retakan Nalar
Beragam konsep pedagogi telah diperkenalkan, tetapi seluruhnya memiliki satu benang merah: “Anak, Anak, dan Anak!” Praktik dan aktifitas belajar harus berpulang, berpusat, dan bertujuan mengembangkan keunikan anak.
-
Membicarakan Feminisme
Saya belajar untuk bertanya, mengapa manusia dibeda-bedakan karena gendernya? Mengapa manusia masih harus menderita padahal sudah ada negara? Feminisme memberikan jalan untuk pertanyaan yang kita pikir tidak ada jawabannya.
-
Jika Tuhan Mahakuasa, Kenapa Manusia Menderita?
Jika Tuhan Maha Kasih dan Kuasa, kenapa Dia menimbulkan kesengsaraan pada manusia melalui pandemi korona? Jika sungguh-sungguh berkuasa, kenapa Dia tak segera melenyapkan penderitaan ini agar manusia hidup normal kembali?
-
Ruam Genggam
Kekuatan Judith dalam menuliskan kalimat-kalimat yang liris, membuat Ruam Genggam memiliki kekuatan tersedniri bagi siapapun yang membacanya. Bahwa harus ada perenungan dalam setiap pengalaman manusia. Termasuk di dalamnya pengalaman mengenal dan menebar cinta kepada siapa saja.
-
Rab(b)i
Dari pelacur sampai santri menjadi tokoh-tokoh yang muncul dalam buku terbaru Kedung Darma Romansha ini. Tentunya tetap dibalut dengan nuansa dangdut khas Kedung seperti pada novel-novel dia sebelumnya. Dalam Rab(b)i kedung mencoba bermain dengan gaya penulisan barunya tapi tokoh-tokoh yang muncul adalah tokoh-tokoh yang sudah ada dalam dwilogi Telembuknya. Jadi bisa dibilang bahwa dengan munculnya Rab(b)i, Kedung memastikan dirinya sudah menulis trilogi Telembuk
-
Laki-Laki Memang Tidak Menangis, Tapi Hatinya Berdarah, Dik
Buku ini berisi kumpulan prosa pendek dari Almarhum Rusdi Mathari yang sempat dikirim ke Buku Mojok dan belum sempat dibukukan. Membaca buku ini seperti menyelami sisi lain Cak Rusdi. Melankolis, lembut dan begitu landai jika dibaca. Seperti seorang remaja yang sedang kasmaran pada cinta pertamanya, Cak Rusdi menulis prosa dalam buku ini.
-
Ambivert
Buku ini menceritakan tentang kehidupan seorang perempuan menghadapi masa Quarter Life Crisis (QLC). QLC akan dialami di awal umur dua puluhan hingga pertengahan tiga puluhan. Seperti tokoh aku dalam buku ini yang harus melewati banyak dilema dalam hidupnya.
-
Sampah di Laut, Meira
Novel ini bercerita tentang Cola, satu-satunya sampah berpengetahuan luas. Dia ditakdirkan menjalani petualangan panjang selepas keluar dari lemari pendingin dan dibuang begitu saja oleh peminumnya. Banyak pertemuan sekaligus perpisahan yang dia lalui selama melakukan pengembaraan seorang diri tanpa tujuan, tanpa kehendak bebas pergi ke mana pun yang dia inginkan.
-
Menjadi Penulis
Buku ini merupakan kelanjutan dari Buku Latihan untuk Calon Penulis. Menjadi Penulis berbeda dengan buku sebelumnya. Dalam buku ini Puthut EA membagikan pengalamannya selama kurang lebih 21 tahun di dunia kepenulisan.
-
Iblis dan Pengelana
Iblis dan pengelana bukanlah kata-kata yang disusun agar nikmat diucapkan sebagai kalimat, melainkan lebih seperti sebuah peringatan bahwa jangan pernah main-main dengan apa yang disebut perasaan, haram apabila menghidupinya dengan setengah-setengah.