Diskon +60% Cek!
Diskon!
Rp208.000 Harga aslinya adalah: Rp208.000.Rp170.000Harga saat ini adalah: Rp170.000.
Rp134.900 Harga aslinya adalah: Rp134.900.Rp100.000Harga saat ini adalah: Rp100.000.
Rp128.000 Harga aslinya adalah: Rp128.000.Rp100.000Harga saat ini adalah: Rp100.000.
Rp350.000 Harga aslinya adalah: Rp350.000.Rp100.000Harga saat ini adalah: Rp100.000.
Rp77.000 Harga aslinya adalah: Rp77.000.Rp52.000Harga saat ini adalah: Rp52.000.
Rp88.000 Harga aslinya adalah: Rp88.000.Rp57.200Harga saat ini adalah: Rp57.200.
Diskon terbaik minggu ini
Kamu dapat pantau diskon mingguan di sini
Demokrasi Para Perampok x Tshirt Tokoh [Edisi Bundling]
Bundling Merdeka dari Stigma Menstuasi
Bundling Sirkus Pernikahan
PAKET BLIND BOOK 100k 5 Judul
Mentalitet Korea Jalan Ksatria Komandan Bambang Pacul
Dongeng Negeri Bola
Jika manusia menetap di beberapa tempat di bumi, lalu di mana Para Jin tinggal? Jin juga menyembah Tuhan. Tidak tahu ada berapa agama di sana. Dan, pastilah ada Iblis yang kabarnya dulu malaikat, kemudian berontak dan tidak lagi percaya kepada Tuhan. Iblis beranak-pinak dan jadi setan, akan disebut dengan nama lain, yang sangat berbeda, disesuaikan berdasarkan lokasi masing-masing daerah dan negri.
Buku ini menyoroti banyak sekali statement baik secara verbal maupun perilaku para penganut agama mayoritas di Indonesia, yang sangat bisa memancing pertikaian besar, juga rasa menggelitik di sisi lain. Pada dasarnya M. Zaid Su’di dalam buku ini hendak menegaskan bahwa tak ada agama yang selesai. Dalam artian, agama apapun yang dianut, jangan berhenti belajar, mencari tahu dan berdialog agar tidak terpenjara dalam satu pola pikir sempit. Sesuatu yang tampaknya sederhana, tapi nyatanya sulit sekali diwujudkan di negeri ini.
Di buku ini kita akan disuguhkan sudut pandang seorang mantan kru TV, kita bisa melihat bagaimana industri ini (khususnya di Indonesia) digerakkan dengan berbagai usaha yang bisa jadi titik diskusi baru untuk menjelaskan kenapa tayangan TV kita hadir seperti hari ini.
Tidak Apa-Apa Sebab Kita Saling Cinta adalah rekaman perjalanan cinta yang tumbuh sebagai proses belajar, sebagai memori tempat manusia tak kehabisan asah. Pada kisah yang akan kamu baca berikut, semoga kamu menemukan ketenangan yang serupa untuk menyelamatkan diri sendiri.
Ada banyak tokoh menulis di buku ini. Ada banyak orang hebat diwawancarai di buku ini. Semua itu menunjukkan betapa luas daya jelajah Butet Kartaredjasa dalam dunia seni dan budaya di Indonesia. Hampir semua tulisan, memberikan perspektif yang unik, yang mungkin belum banyak diketahui publik.
Dalam debutnya ini, Asri Pratiwi Wulandari menyajikan 11 cerita tentang para penghuni Gang Mawar yang misterius dan kelam, dengan sisa-sisa harapan yang terus bertumbuh. Sebuah semesta kecil yang begitu kompleks. Kompleksitas ceritanya menusuk persis di jantung tatanan hidup yang sudah sangat cis-heteropatriarkis.
Bapak Puisi, Ibu Novel, dan Kami Pembatas Buku
Ibnu Wicaksono dalam buku pertamanya ini menulis cerita-cerita yang jika dibaca dengan teliti membawa isu yang besar, tapi diceritakan dengan bahasa yang lugas dan penuh perenungan. Buku ini berisi 13 cerpen.
Mengambil sudut pandangnya sendiri sebagaia penyintas gangguan kecemasan, Tenni Purwanti mengurai dengan detail bagaimana prosesnya menyadari dan mencari bantuan atas masalah kesehatan mental yang ia hadapi. Penulisan yang personal tapi jauh dari dramatisasi.
Riyana Rizki memulai debutnya dengan menyajikan 12 cerita pendek terpilih yang bertalian kuat dengan beragam dongeng, legenda, ataupun cerita rakyat. Cerita-cerita tersebut jauh dari janji happily ever after (bahagia selama-lamanya). Justru sebaliknya, sebagian besar menyimpan amarah, luka, dan perlawanan.
Dalam buku ini, Alexander Arie menarasikan pengalaman hidup seorang Katolik dalam semesta keindonesiaan yang begitu luas. Ia lahir dan tumbuh hingga remaja di Bukittinggi, Sumatera Barat. Kota yang penganut Katolik-nya sangat sedikit. Tumbuh sebagai minoritas, nyatanya memberi pengalaman penting, baik tentang bagaimana ia menghayati kepercayaannya maupun mengaplikasikannya dalam kondisi hidup yang sangat beragam.
“Dalam buku ini, Kresna menjalankan hati nurani jurnalisme dengan melayani subjek yang ditindas oleh sistem yang melanggengkan pembohongan dan kejahatan hukum. Ia juga menyuarakan kaum [di]marginal[kan] guna menuntut tanggung jawab negara. Narasinya mengusung keberpihakan untuk mengawasi kekuasaan yang sarat manipulasi. Sebuah karya yang berani.”
— Fahri Salam, Editor
Bersama Sissy, Adrian, Firman, dan Yoga, hidup Jaya jadi lebih berwarna. Kalau tadinya dia cuma dikenal sebagai cowok baik-baik, kali ini dia bisa punya persona lain: cowok baik-baik yang sedang pelan-pelan memahami dirinya sendiri.
Rimba, hutan, sebagaimana yang Anda ketahui, memang sumber hidup banyak orang, namun juga ia sumber persoalan beberapa dekade belakangan. Pemodal-pemodal gendut menanamkan modal untuk mengambil alih hutan, mengisinya dengan komoditas baru yang siap bersaing di pasar global, dunia bisnis menamainya sebagai hutan tanaman industri.
Buku ini merangkum pengalaman konyol, bahagia, sedih si penulis sebagai seorang guru Sekolah Dasar. Interaksi-interaksi remeh yang kadang dikesampingkan dalam kehidupan menjadi pemikat kisah-kisah yang ditulis oleh Edot Herjunot dalam buku ini.
Sepanjang hidupnya, Katharina Stögmüller sudah kenyang dengan komentar-komentar yang secara “ajaib” dilontarkan orang-orang Indonesia pada umumnya. Terlahir sebagai anak blasteran Jawa-Austria dengan fisik yang lebih dominan ras Kaukasia-nya membuat banyak orang berpikir hidup Katharina “enak-enak” saja di Indonesia.
Cerita-cerita pendek dalam buku ini menggambarkan betapa banyaknya manusia modern harus menjalani kehidupan penuh rahasia dan kepalsuan. Rahasia-rahasia itu dapat disimpan di mana saja, kebohongan-kebohongan itu dapat terjadi di mana saja, dapat dilakukan oleh siapa saja, tak terkecuali orang-orang terdekat kita. Lantas, bagaimana jika kebohongan itu sengaja kita ciptakan sendiri untuk bertahan di bawah tekanan? Bagaimana jika rahasia itu selamanya akan tetap menjadi rahasia?
Sebagai kiai kampung, Gus Mut dan bapaknya, Kiai Kholil, berdakwah lewat obrolan Islam sehari-hari yang layak direnungkan. Bersama Fanshuri, Mas Is, dan warga lainnya, memahami Islam jadi jauh lebih sederhana dan terasa dekat.
Nuran Wibisono dalam buku ini ingin menunjukkan bahwa seorang laki-laki penyuka hair metal, boleh saja menangis dan tentu saja menjadi seorang pemasak yang handal. Dari cerita-cerita tentang makanan lezat di gang-gang kecil sampai eksperimen memasak yang ia lakukan ditorehkan dalam buku ini. Membacanya, akan membuatmu kelaparan.
Buku ini berisi surat-surat yang ditulis untuk mantan kekasih, buku terbaru Arman Dhani ini mengajarkan kita bahwa emosi manusia seluruhnya adalah valid dan patut didengar. Kita mungkin merasa ingin menolak kenyataan, marah, atau menyalahkan diri sendiri, dan itu bukan hal yang tabu. Seluruhnya perlu waktu dan kekuatan hingga kita berhasil berjalan melaluinya.
Lewat buku inilah Esthy secara rinci merekam hari-hari yang dilewatinya bersama Ken dan Uma. Tentang bagaimana khususnya Uma bertumbuh menjadi anak yang sangat bisa diandalkan dan pengertian.
Candrasangkala dalam buku ini menguraikan betapa sebuah hubungan bisa berkaitan erat dengan banyak nilai dalam kehidupan: kemanusiaan, toleransi, perjuangan, dan solidaritas. Dituliskan dengan sangat puitis, buku ini sukses membawa ke hadapan Anda perspektif lain tentang cinta dan kehidupan.
Kumpulan esai Mahfud Ikhwan ini membuktikan ilham bisa datang dari mana saja. Dari ayam, dapur, bonsai, jendela—nyaris apa pun, termasuk di dalamnya dari upaya yang hampir putus asa mencari ide itu sendiri.
Buku ini adalah sebentuk keberanian untuk membicarakan sisi pernikahan yang paling banyak dihindari. Ditulis oleh seorang divorcee muda sekaligus single parent yang memutuskan bercerai di usia relatif muda, 25 tahun. Berdasarkan peristiwa hidup yang telah ia lalui, dalam satu subbab tersendiri, Virly menekankan pentingnya pre-marriage talk bagi pasangan yang hendak menikah. Tujuannya jelas, agar setiap orang dapat mempersiapkan pernikahan sebaik mungkin demi bisa menikmati kehidupan pernikahan yang nyaman setelahnya.
Melalui 36 tulisan dalam buku ini, Linda mengajak kita menelusuri dinamika relasi manusia di berbagai wilayah dengan beragam nilai dan sudut pandang.
Novel Kedung Darma Romansha ini bercerita tentang dunia prostitusi, panggung dangdut, pergaulan para pemabuk dan tukang kelahi. Adegan seks dan kata-kata kasar bertaburan. Namun uniknya, novel ini tidak terkesan vulgar. Saya rasa hal itu terkait dengan nada penulisan dan posisi narator. Narator berada pada posisi netral: dia tidak memberi penilaian moral apa pun, baik dalam arti menghakimi perilaku tertentu, maupun sebaliknya, yaitu merayakan atau membela perilaku yang berada di luar standar moralitas yang menjadi pegangan mayoritas orang Indonesia.
Dalam Yang Tersisa dari yang Tersisa ini Nurhady Sirimorok menyajikan narasi tentang desa yang cukup realistis. Sama halnya dengan kota, ia menggambarkan bahwa desa juga memiliki problemnya sendiri. Mulai dari masalah kesejahteraan sampai pencarian identitas orang-orang muda di desa yang beranjak dewasa. Para penduduk desa pun diceritakan memiliki mekanismenya sendiri untuk memecahkan persoalan yang membelit mereka. Walaupun pada akhirnya tidak semua masalah itu dapat diselesaikan dengan baik juga.
Buku kumpulan puisi Beni Satryo.
Buku ini adalah perpaduan teori psikologi dan feminisme dengan hasil penyelidikan diri, dari mereka yang telah mempercayakan kisah hidupnya kepada saya, dan juga dari diri saya sendiri.Ya, psikolog yang bukunya tengah kamu baca ini adalah dia yang juga pernah menjadi perempuan naif, yang pernah punya kompleks, yang pernah terkungkung dalam nilai-nilai patriarkis.
Dari tepian air mata, aku mengintipmu tak sengaja. Di permulaan tetesnya, kamu menadahnya dengan tawa. ASU.
Buku kumpulan cerpen ini menjadi menarik sebab menyajikan hal-hal ganjil dalam keseharian yang tidak melulu dialami dan dipahami oleh orang-orang dewasa.
Eminus Dolere
50 keping fragmen yang ditulis Arman Dhani dalam buku ini adalah refleksi dari sebuah hubungan yang rumit sekaligus membahagiakan. Namun, cepat atau lambat, perpisahan itu pun datang pada akhirnya. Membuatnya menderita dari tempat yang jauh, eminus dolere. Sebelum terlampau menyesakkan, buku ini menawarkan sebuah jalan untuk mempersiapkan diri menuju perpisahan itu.
Kita ada di zaman mahalnya harga sebuah telinga. Mendengar dengan empati jadi pekerjaan sulit. Sekadar menjadi pendengar, akan diingat dengan cara yang berbeda. Ketika dunia tidak pernah mau berganti bicara, sibuk bersuara, pada akhirnya tidak ada yang merasa cukup dimengerti.