Deskripsi
Energi bercerita yang luar biasa. Kejujuran cara bertuturnya membuat saya merasa berada di antara para karakternya. Bentuk novel yang jarang kita temukan di antara kepungan novel-novel populer sekarang ini. Salut!
—Ifa Isfansyah, sutradara film
Novel ini memberikan tempat baru untuk mereka di tengah tatanan masyarakat yang berbudaya ini. Mereka lebih manusia dariku, bahkan penulisnya sekalipun, pikirku.
—Alex Abad, aktor film
Novel Kedung Darma Romansha ini bercerita tentang dunia prostitusi, panggung dangdut, pergaulan para pemabuk dan tukang kelahi. Adegan seks dan kata-kata kasar bertaburan. Namun uniknya, novel ini tidak terkesan vulgar. Saya rasa hal itu terkait dengan nada penulisan dan posisi narator. Narator berada pada posisi netral: dia tidak memberi penilaian moral apa pun, baik dalam arti menghakimi perilaku tertentu, maupun sebaliknya, yaitu merayakan atau membela perilaku yang berada di luar standar moralitas yang menjadi pegangan mayoritas orang Indonesia. Di samping itu, penulis menaruh perhatian pada detail-detail penggambaran suasana, juga bahasa dan gaya pergaulan lokal, yang terkesan cukup realistis dan berbasis pada riset lapangan. Dengan demikian, lingkungan dan perilaku manusia yang diceritakan sekadar hadir sebagai sesuatu yang memang eksis, dan menarik sekali-sekali dilirik, serta dimasuki lewat dunia khayal sebuah novel. Mau dihakimi, dinikmati, atau sekadar diamati, itu terserah pembaca.
—Katrin Bandel, kritikus sastra
Membaca novel Kedung awalnya saya berpikir kalau penulisnya adalah pemain organ tunggal. Karena Kedung menuliskannya benar-benar nyata seperti yang pernah saya lihat pada tahun-tahun tersebut. Saya seolah diajak ke masa lalu, dan saya membacanya benar-benar terbius oleh ceritanya. Hebat.
—Nunung Alvi, penyanyi dangdut Pantura Cirebon-Indramayu
Reviews
There are no reviews yet.